Apa yang kalian lakukan
kalau ngelihat ada ramai-ramai pas
lagi di jalan? Kalau gue, biasanya gue samperin,
karena gue orangnya memang suka penasaran kalau tahu ada ramai-ramai begitu.
Bahkan pernah suatu ketika
ada ribut-ribut sewaktu gue pulang sekolah. Awalnya gue kira itu pertunjukkan
topeng monyet. Tapi gue perhatikan kok enggak ada monyetnya. Yang ada malahan
hujan batu. Gue langsung menghindar, tapi teman yang kebetulan waktu itu bareng
gue lambat bergerak. Jadi, sebuah batu pun mendarat tepat di hidungnya.
“Monyettt!! Anjingg!!!” makinya.
Hah? Gue malah jadi bingung.
Dimana ada monyet sama anjing? Terus keramaian tadi itu apa? Emmm, pertunjukan sulap mungkin, ya.
Soalnya batu aja bisa berubah jadi
monyet sama anjing.
Enggak enggak. Yang terjadi
waktu itu adalah tawuran. Pertama kali dalam hidup gue melihat tawuran secara
langsung. Sejak saat itu gue paling benci sama yang namanya tawuran. Masalahnya
tawuran itu berisik banget, bro. Coba
kalau tawuran itu di mode silent atau getar gitu, mungkin masih bisa ditoleransi lah.
Jadi enggak usah pakai
teriak-teriak. Kalau lempar-lemparan batu pun usahakan jangan sampai
menimbulkan suara. Entah sebelum kena kaca rumah orang lo tangkapin duluan atau gimana lah. Bentar. Ini tawuran apa main kasti, ya?
Lupakan.
Atau ketika itu batu kena ubun-ubun
lo, tahan aja sakitnya enggak usah pakai teriak aduh aduh segala. Berisik tauk!
Lalu, tawuran itu juga sering
menyakiti orang yang enggak bersalah alias salah sasaran, entah itu sengaja
atau enggak. Kayak teman gue tadi, enggak tahu apa-apa eh hidungnya malah ikutan moncrot. Masih untung enggak copot.
Kalau pengen tawuran,
harusnya para pelajar itu nyiapin
wasit juga. Jadi kalau lemparan batunya keluar garis, prittt!!! Out out!. Kalau sampai kena penonton, prittt!!! Kartu merah!. Enggak boleh
ikut tawuran dalam satu musim tawur.
Enggak. Bagaimanapun juga tawuran
itu enggak boleh terjadi. Mau lo nyiapin
wasit, nyiapin juri, atau nyiapin hadiah pun, tawuran di Indonesia
tetap saja selalu merugikan banyak pihak.
Lo tahu di luar negeri?
Nyaris enggak ada yang namanya tawuran, men! Apalagi yang pelakunya pelajar.
Jadi kasus tawuran pelajar kita itu jadi sorotan duna. Sadar enggak lo?
Di luar negeri, sekalipun
ada tawuran, itu enggak bakal terjadi di public
area. Kebanyakan di tanah lapang yang jauh dari pemukiman penduduk. Habis itu, tawurannya juga tangan kosong, enggak bawa senjata
apapun. Jumlah pemain pun seimbang, enggak ada main keroyokan.
Enggak kayak di Indonesia. Tawuran
di jalanan, mengganggu pengguna jalan, bakar ban, bakar motor, ngehancurin sarana umum, ngobrak-abrik orang jualan. Yang dibawa juga batu, beling, pisau, golok,
samurai, rantai, bambu, gear, argghhh...
Bersambung....
Image source : http://www.pulsk.com/u/226587
wowwwww. mantep nih
BalasHapusHahha...
BalasHapusgear Abang becak dibawa - bawa ahahaha
BalasHapus