Kamis, 21 April 2016

KARTINI PUN GALAU




Kalau lo kira Pahlawan Nasional nggak bisa galau, lo salah men. Mereka manusia normal, bisa galau juga. Seperti Ibu kita Kartini. Jadi, kebetulan gue baru aja baca sejarah beliau.
Waktu itu tahun 1892. Mungkin itu jaman dimana neneknya nenek gue masih kecil dan jepret-jepretan karet adalah permainan paling keren. Tapi itu nggak penting. Karena yang terpenting adalah, pada masa itu Ibu Kartini baru saja lulus Europeesche Lagere School. Lo tahu itu apa? Itu adalah sekolah dasar untuk orang Eropa yang kebetulan juga berdiri di Indonesia. Nah, galaunya Kartini muda ini karena di usianya yang belum genap 13 tahun, dia sudah diperintahkan ayahnya untuk menjalani pingitan.
Ini masalah besar banget, ya. Ini membuat gue bertanya-tanya, kenapa di situ tertulis usianya belum genap 13 tahun? Sejak kapan angka 13 itu genap, bro???
Enggak enggak. Serius ini masalah. Pingitan, adalah salah satu tradisi Jawa dimana calon pengantin dilarang bertemu dalam waktu 1-2 bulan. Jadi ya cuma diam di rumah saja, nggak boleh keluar apalagi jalan-jalan sambil bawa hape buat selfie segala. Nggak boleh itu. Nggak boleh bertemu orang lain juga selain keluarga. Pokoknya cuma mempersiapkan diri sebelum menikah.
Gue nggak sedang mengatakan bahwa pingitan itu salah, ya. Ada sisi positif yang bisa kita ambil dari tradisi pingitan ini. Tapi masalahnya, Ibu Kartini waktu itu masih muda banget men, 13 tahun! Apalagi beliau ingin sekali melanjutkan sekolah ke Hogere Burger School (HBS) Semarang. Itu bukan nama restoran cepat saji ya, tapi anggaplah itu SMP. Namun sayang, ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosriningrat tidak mengijinkan.
Kepada Estelle Zeehandelaar, atau yang lebih akrab disapa Stella--pengharum ruangan, eh--seorang aktivis feminis dari Belanda yang menjadi sahabat pena pertamanya, Kartini menceritakan betapa putus asa dia menjalani pingitan yang mengerikan. Beberapa kali juga dia membenturkan tubuh ke dinding batu tebal di sekeliling rumah dan gerbang yang selalu terkunci.
 Jaman segitu sist, lo tahu, susah banget loh nemuin cewek jomblo. Eeitt, jangan seneng dulu. Jadi, cewek baru lulus SD aja sudah disuruh nikah. Jadi beruntunglah kalau lo sekarang jomblo. Kalau sekarang lo lulusan SMA atau kuliah tapi jomblo, bersyukurlah, itu artinya lo memiliki kebebasan untuk memilih laki-laki yang lo cintai. Coba bayangkan kalau lo hidup di masa lalu. Lo dipaksa menikah secepatnya oleh orang tua lo dengan orang yang belum lo kenal, yang istrinya udah tiga atau empat sehingga lo jadi nomor sekian. Lo nggak boleh sekolah tinggi-tinggi, yang bisa namatin SD aja itu udah dianggap hebat.
Jadi bayangkan kalau nggak ada tokoh emansipasi wanita seperti Ibu Kartini, yang berarti nggak ada gerakan perubahan, lo nggak bakal bisa menikmati kejombloan lo yang saat ini sist.
Jomblo itu lebih nikmat daripada menikah dengan orang yang nggak lo cintai. Betul? Oh, gue tahu. Lo pengennya cepat punya pacar atau menikah dengan orang yang lo mau kan? Bisa sih... bisa...Tapi sayangnya, ini dunia milik bersama bukan milik nenek lo, jadi nggak setiap keinginan lo bisa terkabulkan. Hahha.
Then, kalau kemudian lo bertanya apakah setelah menikah Kartini nggak galau lagi? Emm, gue nggak tahu pasti, ya. Cuma begini, seandainya Ibu Kartini sekarang masih hidup, beliau galaunya tambah parah. Masalahnya, emansipasi malah sering disalahgunakan. Kebebasan bagi wanita untuk menempuh pendidikan tinggi malah disalah arti. Bukannya belajar tapi malah...
Ya... banyak lah hal-hal yang seharusnya nggak lo lakukan malah lo lakukan.
Misalnya satu berita fatal yang bikin mata gue gatal karena mahasiswa-mahasiswa bengal tingkat krusial. Di Pamekasan, Jawa Timur, malam Minggu lalu (16/04/16) warga setempat menangkap pasang muda-mudi yang berbuat mesum di masjid. Mereka berstatus mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Pamekasan.
Ebusettt!!!
Setan model apa coba yang berani bisikkin mereka supaya ngelakuin begituan di tempat ibadah? Atau mungkin nggak ada setan sih, karena mereka sendiri sudah terlalu setan untuk kesetanan. Dan, mahasiswa loh... seharusnya berpendidikan. Tuh, kan? Diberi kebebasan belajar lebih lama malah belajar yang enggak-enggak!
Oke, sudahlah. Kita harus keep positif thinking. Anggap saja rencananya habis begituan mereka mau langsung tobat bareng-bareng. Iya. Anggap saja begitu. Sudah, jangan berpikir negatif sama anak setan. Sudah, kayak nggak berperikesetanan saja.
So, kesimpulannya... syukuri dan hargailah perjuangan para pahlawan yang sudah membawa perubahan terbaik untuk negeri kita ini. Jangan sampai mereka galau di alam sana karena ngeliat kelakuan lo yang macam kadal itu.
Pesen gue, jadilah Kartono Kartini masa kini yang baik-baik. Dan cari semak belukar kalau mau berbuat mesum. Kalau perlu yang dekat hutan. Gue doain semoga kalian lebih hangat berdua dalam perut macan.
Gue Ken Patih, selamat malam. 

Image source : http://m.solopos.com/2015/04/21/trending-sosmed-inilah-kumpulan-meme-lucu-hari-kartini-596864

Tidak ada komentar:

Posting Komentar