Selasa, 03 Mei 2016

SKRIPSI KUNTILANAK (Part. 1)




Di Medan ada mahasiswa membunuh dosen pembimbingnya. Di Palembang ada dosen pembimbing memperkosa mahasiswinya. Kasus di dunia perkuliahan akhir-akhir ini kayak permen nano-nano basi, ya? Aneh rasanya. Terus, besok lo mau bikin kasus apalagi?
Kelakuan Roy Mandosah Siregar dan kelakuan pak dosen berinisial DS itu sudah mencoreng dunia perkuliahan. Mereka sebagai bagian dari civitas akademika, weishh apa ini artinya, seharusnya malu sama dunia perkuntilanakan donk.
Eh, serius ini. Lo tahu kuntilanak, kan? Itu sesulit apapun skripsi yang sedang dikerjakannya demi meraih gelar S1 (Setan 1), dia enggak pernah ambil pusing, men! Apapun yang terjadi, ketawaa aja terus. Hihihhihihi.
Kalau Roy membunuh dosennya lantaran sakit hati, Pak DS memperkosa mahasiswinya lantaran sakit apa, ya? Sakit anu?
Bisa jadi. Ah, anu memang kerapkali menjadi masalah kriminal. Anu... skripsi.
To be continued...

Senin, 02 Mei 2016

TAWURAN, COY! (Part. 3)



Jepang

Indonesia


TAWURAN, COY! (Part. 2) bisa dibaca di sini
Pelajar tawuran itu juga gerakannya aneh. Nanggung, men! Maju enggak mundur enggak. Jadi ya maju-mundur maju-mundur terus gitu. Tapi, gue rasa ini bukan terinspirasi “maju mundur cantik”-nya Syahrini. Iya sih mereka maju mundur, tapi gerakannya nggak ada cantik-cantiknya sama syekali. Coba deh, biar kelihatan cantikan dikit pas ngelempar batu tangan lo sedikit gemulai. Siapa tahu musuh ada yang jatuh cinta sama lo. Ciyeee... cinta lokasi!

Sama musuh kok jaga jarak. Lempar-lemparan batu dulu dari kejauhan. Pas udah dekat pun mukulnya pakai bambu yang panjaaang banget. Lo mau tawuran apa maling mangga, coy?

Sama musuh nggak berani dekat-dekat itu kenapa? Lo takut? Terus kalau takut kenapa tawuran?
To be continued...

Minggu, 01 Mei 2016

Ken dan Om Malaikat



Siang ini gerah banget. Jam istirahat pun gue turun nyari yang seger-seger. Di Alfamart gue bergegas menuju lemari pendingin.

“Yang ini sudah pernah, yang ini juga sudah...” gumam gue sendiri sambil nunjuk-nunjuk. “Ah, yang ini kayaknya enak!”

Bir.

Tiba-tiba Om Malaikat muncul.

“Ken, jangan...”

“Kenapa, Om?”

“Itu minuman setan!”

“Terus kenapa kalau minuman setan, Om?”

“Kalau minuman setan kamu minum, terus setannya minum apa, peak!” Jawabnya sambil jitak kepala gue.

“Oh, iya ya. Hehhe.”

Akhirnya gue ngambil minuman yang belum pernah gue coba, yang sepertinya menarik untuk dicoba.

Kiranti.

Om Malaikat kejang-kejang di tempat.