Yang pertama kali dibikin
susah oleh anak-anak tawuran pasti orangtuanya. Masalahnya, yang dipakai buat
tawuran itu peralatan punya orangtua. Misal bapaknya biasa tebang pohon, itu pas
mau berangkat kerja bingung goloknya kemana. Atau yang pelihara kambing, pas
mau nyari rumput celingukan juga nyari celuritnya dimana. Yang bapaknya
tukang ojek pun sama, gimana coba mau
narik ojek kalau gear motornya
diambil anak?
Golok nggak ada karena
dibawa sekolah anaknya. Terus bapaknya nebang pohon pakai apa? Pakai pulpen?
Baguslah. Kenapa enggak sekalian aja
bapaknya makai seragam SMA?
Emak pun enggak ketinggalan disusahin sama anak. Pas mau masak dan ngiris bawang, pisau dapur dicariin sampai ke kolong wewe pun enggak
ketemu.
Pelajar Indonesia itu
sebenarnya kreatif sih. Gue salut. Selain peralatan bapak dan emaknya, gesper juga
bisa dipakai buat senjata. Kreatif, tapi tetap aja bloon. Lo tau kan fungsi ikat pinggang itu buat apa? Biar
celana lo kencang, Men. Nah, misalnya kalau pas lagi tawuran celana lo itu melorot,
enggak lucu kan?
Oke. Mungkin lo boleh menang
dengan kondisi demikian. Iya, sebab musuh pada kabur karena mengira lo akan mengeluarkan
“jurus ular”. Tapi kan kemenangan lo curang, Men!
Gue
sering heran. Pelajar tawuran kenapa musti lempar-lemparan batu? Kenapa enggak
sesekali nyoba ngelempar apa yang
lebih bermanfaat gitu? Misalnya,
saat-saat mendekati UN, karena kebanyakan tawuran pasti enggak sempat belajar,
kan? Nah, pas mau berangkat tawuran kalian bawa deh soal-soal try out. Jadi nanti sebelum lempar-lemparan
batu, kalian lempar-lemparan pertanyaan dulu. Yang jawabannya salah baru boleh
dilempari.
“Rongga
jantung manusia yang berfungsi untuk memompa darah mengandung O2 ke
seluruh tubuh terletak di sebelah...???”
“Emmm....
Kanan kanan! Eh, kiri kiri!!”
Winggg!!! Klotakk!!!
“Loh
kok dilempar?”
“Plin
plan jawabnya! Rasain nih!!”
Klotakk!! klotakk!!!
“Aw!
Aww! Wadawww!!!”
Ini
lebih ekstrem dan pasti bikin pintar. Jadi yang kepalanya punya banyak benjol, itu
tandanya enggak pernah belajar. Karena takut di-bully karena benjolan di sana-sini, mau enggak mau dia pasti akan belajar. Wohho, seru enggak tuh? Terpaksa belajar dan enggak terasa lama-lama
udah pinter dengan sendirinya.
Pinter ngapain?
Yak,
pinter ngelempar batu.
Pelajar tawuran biasanya
juga sering membajak bus. Ah, elu tong...tong... Enggak modal banget sih! Lo
yang punya acara kenapa otw aja nyusahin orang. Atau cuma pengen
kelihatan keren doang? Itu bukannya keren tapi malu-maluin. Kentara banget
kalau lo terinspirasi di film-film action
tapi sayangnya lo enggak pintar acting.
Dicegat polisi aja lo langsung berhamburan kayak kecebong kena kencing. Dan
kalau ketangkep, eh malah pada nangis.
Apa-apaan itu? Pas lagi
pegang samurai aja sangar, tapi di
kantor polisi mewek. Jadi, lo preman
apa bencong?
Daripada membajak bus,
mending lo patungan seribuan nyewa
odong-odong aja deh.
Lalu, hampir setiap SMA/ SMK
di Indonesia mempunyai kelompok gangster. Yang paling sering masuk berita adalah
tawuran gangster di DKI Jakarta. Di sana sedikitnya ada 15 geng dari setiap SMA,
yang kabarnya pada tahun 2014 sudah dibubarkan Pak Gubernur, Ahok. Tapi enggak
tahu setelah itu beneran udah bubar atau mungkin malah kumat lagi.
Ahok juga pernah mengatakan
bahwa kalau mau jadi
gangster, di luar negeri saja supaya bisa membunuh dan terbunuh. Kalau mau jadi
jagoan, belajar jadi jagoan yang benar di luar negeri, dilatih tinju, jadi
gangster, dan diekspor ke luar negeri. Biar enggak cuma ekspor TKI.
Gue
setuju banget itu. Yang pada suka tawuran, siapa tahu lo berbakat jadi petinju.
Lo bisa mengharumkan nama Indonesia lewat kejuaraan dunia, Men. Bukannya
mencoreng nama negeri dengan tawuran setiap hari.
Sering juga yang terlibat
tawuran adalah anak pejabat. Mentang-mentang orangtuanya berduit, dia seenaknya
aja bebas ngelakuin apa aja. Mau membeli hukum? Yang kayak gitu, enggak
peduli pejabat atau orang kaya, orang tua tampak jelas seperti enggak becus
mendidik anak, loh.